Skripsi or No Skripsi

Dalam dunia akademis terkhusus untuk mendapatkan gelar S1 atau Strata 1 ini, setiap mahasiswa dituntut untuk membuat sebuah karya ilmiah yang biasanya kita sebut dengan skripsi. Karya ilmiah ini juga biasa disebut dengan Tugas Akhir, artinya ini adalah tugas pamungkas setelah sekian semseter mencari ilmu di perguruan tinggi.

Rata-rata perguruan tinggi di Indonesia mewajibkan membuat skripsi sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar akademis sesuai dengan bidang studi yang diambil. Walaupun sebenarnya skripsi bukanlah harga mati untuk mendapatkan gelar tersebut, namun di negara seperti Indonesia adalah suatu kelaziman yang lumrah untuk menciptakan karya yang mungkin akan membantu pengembangan suatu ilmu. Di negara lain, Malaysia misalnya, di negara ini tidak mewajibkan mahasiswanya untuk menyusun skripsi. Di Korea juga, tidak mewajibkan mahasiswanya membuat skripsi sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.



Tidak serta merta semua negara sama menerapkan kebijakannya dalam memberikan gelar setelah tamat kuliah. Pemberian tugas akhir seperti skripsi ini juga ditentukan oleh kebijakan universitas. Di Jerman, saya melihat vlog (video blog)-nya Gita Savitri, dijelaskan bahwa tidak semua jurusan membuat skripsi. Kalo bahasa Jermannya skripsi itu Student Arbeit, kali yaa, hahaha, CMIIW.

Baiklah, opini saya sendiri dengan pembuatan skripsi ini sebenarnya berdampak positif bagi cara berpikir mahasiswa yang sudah sekian lama menempuh pendidikan bertahun-tahun. Ada yang lulus hanya dengan 3 tahun 2 bulan 20 hari, ada juga yang lulus 3 tahun 8 bulan 22 hari, kayak saya ini, hehe, ada juga yang lulus lebih dari 4 tahun. Itu semua opsi, seberapa lama kamu ingin menetap di kampus tercintamu itu. Dan jangan heran, ada yang lulus lebih dari 7 tahun karena saking ga bisa move on dari dunia mahasiswa.

Dampak postifnya itu, kalo kita ngerjain skripsi, pertama cara berpikir kita secara logis itu terasah. Bagaimana sih kamu meruntutkan fenomena-fenomena yang terjadi sehingga dapat tergeneralisasi dan dapat diselesaikan dengan teori, atau konsep, atau bahkan analogi. Kedua, kamu harus sadar bahwa skripsi yang bagus adalah skripsi yang selesai, dan bersyukur sekali kalo kamu bisa memberikan kontribusi ilmu dalam dunia akademis. Poin kedua ini, kamu harus sadar, jika mahasiswa tidak selamanya bersikap IDELAIS! Karena pada hakikatnya kamu juga akan menghadapi realita kehidupan. Misalnya, ini nih harus gini, ga bisa gini, tapi realitanya dengan fenomena ini dan fenomena itu, jadinya ga bisa gini, and so on,  and so on.

Kemudian, kamu harus bisa mengelola waktu luangmu agar tidak terbuang sia-sia. Ga mua kan kalo kamu nantinya tua dikampus? Kamu bakal telat kerja, kamu bakal jadi mahasiswa abadi dan tua sendiri, padahal temen-temenmu sudah meniti karir dan banyak yang sukses di tanah rantau. Dan kamu bakal telat nikah! Kecuali jika oarangtuamu borju kaya raya yang mau memberikan kucuran dana buat nikah dan nanggung keperluan hidupmu beserta anak istrimu hingga kau tua. Ga baik! Jangan dicontoh!

Selain itu, skripsi adalah suatu kebanggaan tersendiri untukmu, karena kamu mampu menghasilkan sebuah karya (padahal cuma skripsi) dan syukur-syukur dapat dijadikan buka yang dikomersialkan dan pastinya akan menambah penghasilanmu.

Dijamin seru mengerjakkan skripsi, dengan merasakan gonta-ganti judul hingga 4 kali yang otomatis juga sebenernya bisa buat 4 skripsi, ketemuan sama dosen pembimbing, kan jadi lebih akrab, lumayan lah bisa caper sama bisa buat modal untuk studi lanjut kalo minta surat rekomendasi. Pastinya kamu lebih sabar, karena kamu harus mengorbankan waktumu dan uangmu. Jadi jangan jajan banyak dulu, biar kamu bisa setor berkas skripsian ke dosen.

Sampai sini dulu ya, besok saya lanjut, mau kerja dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sangkar

Skripsi Memaksa, Terpaksa Skripsi

Left Blank